Sabtu, 03 November 2012




BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia yang beredasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, keberadaan budaya memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam kaitannya dalam pembangunan Nasional. Dapat ditelaah secara mendalam tentang arti dan fungsi kebudayaan itu sendiri, isinya memuat dasar-dasar dan norma-norma yang dianggap mampu oleh manusia untuk berkarya secara dinamis untuk mencapai tujuan hidupnya. Kemampuan daya dorong suatu kebudayaan  dikatakan sebagai unsur motivator dan dinamisator dalam pembangunan nasional.
Kebudayaan dikatakan unsure motivator, sebab kebudayaan merupakan penyebab masyarakat unuk berusaha mencapai tujuan yang ingin dicapai dan sebagai unsure dinamisator., ini berarti budaya dapat memberikan semangat yang menggerakan masyarakat secara mandiri, disamping itu juga sudah menjadi kenyataan bahwa apa yang menjadi tujuan hidup masyarakat berbudaya mempunyai kesamaan dengan tujuan hidup berbangsa dan bernegara (Pitana, 1994:35).  Sistem budaya ini secara garis besar mencakup tujuh komponen yaitu Bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup atau teknologi, sistem pencaharian, sistem religi dan kepercayan hidup serta sistem kesenian ( Koentjaraningrat, 2003: 112).
Menyimak dari unsure- unsure yang dikemukakan diatas, jelas bahwa kesenian merupakan salah satu perwujudan budaya manusia akan rasa seni dan keindahan. Terhadap sistem religi manusia dalam perkembangannya sampai sekarang dari jaman purbakala masih menganut sistem keyakinan yang kental terhadap kekuatan besar yang berada diluar dirinya diyakini memberikan suatu kepada mereka. Sistem keyakinan tersebut, bentuknya berbeda-beda dan cukup bervariasi antara tempat yang satu dan tempat yang lainnya, semua itu merupakan hasil dari kebudayaan.
Kebudayaan dikenal dengan adanya tujuh unsure criteria atau unsur dari kebudayaan yang bersifat universal, arti sekecil atau sesederhana apapun kebudayaan suatu suku Bangsa unsur nkesenian ada di dalamnya. Menurut C.Kluchohn, setiap kebudayaan suku Bangsa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang disebut cultural Universal yaitu meliputi : (1)Bahasa; (2)Sistem Pengetahuan; (3)Organisasi sosial; (4)Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi; (5)Sistem Mata Pencaharian Hidup; (6)Sistem Religi; dan (7)Kesenian(Koentjaraningrat, 1990:203-204).
Lebih lanjut dari tujuh unsure kebudayaan itu akan dibagi menjadi bagian-bagian lainnya. Seperti unsure kesenian sebagai salah satunya, terbagi menjadi: (1)Seni Patung; (2)Seni Relief; (3)Seni Lukis dan Gambar; (4)Seni Rias; (5)Seni Vokal; (6)Seni Instrumental; (7)Seni Kesusastraan; (8)Seni Drama dan seni lainnya(Koentjaraningrat, 1990:206).
Dari sekian macam kesenian yang ada di Bali maka salah satunya adalah Seni Pertunjukan Keagamaan(sakral) yang termasuk salah satu seni pertunjukan (Performing Arts) yang popular di masyarakat Bali memamnfg berkaitan dengan aspek Agama dan Aspek Budaya. Dari demikian banyanknya seni pertunjukan salah satunya adalah seni pertunjukan yang bersifat seni wali seperti Sang Hyang, Rejang, bermacam-macam Baris, Sutri, Pendet dan lain sebagainya. Seni Bebali, yakni : Gambuh, Baris Goak, Topeng dan lain sebagainya. Sedangkan seni balih-balihan , yakni Legong, Arja, Kekebyaran, Drama Gong dan lain sebagainya (Bandem, 1996:62). Selain itu perlu diketahui bahwa seni pertunjukan tradisional dalam kesenian Bali meliputi: Dramatari Gambuh, Wayang Kulit, Dramatari Topeng /Prembon, Calonarang, Dramatari Arja, Sendra Tari dan Drama Gong(Dibya, 1993:137). Dramatari Topeng adalah seni pertunjukan yang cukup lama berkembang dan sampai saat ini sangat digemari oleh kalangan masyarakat Bali.
Salah satu seni keagamaan (Tari Wali), yaitu: Tari Baris Goak, adalah merupakan salah satu bentuk tari yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan watak kepahlawanan, yang sampai saat ini masih tetap digemari dan dilestarikan oleh masyarakat Bali pada umumnya. Tari Baris Goak adalah merupakan salah satu seni budaya yang masih hidup di Bali. Dengan memadukan unsure seni Tari , Seni Musik Tradisional, Seni Tata Rias, dan unsur seni lainnya. Unsur seni tari dan tabuh merupakan unsure yang paling dominan. Karena seni tari itu tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Sehingga dalam tradisi Hindu di Bali, unsur kesenian tidak bisa lepas pada pelaksanaan upacara yajna.
Upacara dalam hubungannya dengan Panca Yajna, yang terdiri atas: Dewa Yajna, Pitra yajna, Manusa Yajna, Rsi Yajna, dan Bhuta Yajna. Dari kelima bagian Yajna tersebut diatas, maka upakara atau upacara yang dimaksud adalah Dewa Yajna, yang umumnya terdapat diberbagai tempat atau desa di Bali. Dari keberagaman budaya tersebut maka ada tiga hal yang mendasari proses sebuah Yajna, yaitu Tattwa, susila, dan Upakara . ketiganya ini disebut tri kerangka dasar angama Hindu. Ketiganya ini dalam sebuah pelaksanaan agama tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena unsur satu dengan yang lainnya saling berhubungan erat dan melengkapi satu sama lain.
Demikian juga halnya dalam sebuah pelaksanaan upacara keagamaan akan memerlukan tempat, waktu, sarana, peserta dan pemimpin dalam sebuah proses pelaksanna upacara religi. Bagi umat Hindu tempat upacara biasanya disesuaikan dengan upacara yang diselenggarakan. Kalau melaksanakan upacara Dewa Yajna tentunya tempatnya di pura atau tempat yang sudah disucikan sebelumnya. Karena tempat suci bagi agama Hindu disebut Pura. Bagi masyarakat Desa Pakraman Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli salah satu pelaksanaan upacara  Dewa Yajna dilaksanakan di Pura Puseh.
Pura Puseh adalah salah satu pura kuno yang ada di Bangli termasuk Cagar Budaya. Pura Puseh menyimpan segudang peninggalan yang bersejarah baik yang berbentuk prasasti , sistem kehidupan keberagamaan dan beberapa benda purbakala lainnya. Pura Puseh berada pada tempat yang terpencil dan jauh dari keramaian terutama yang terdapat di Desa Pakraman Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Pelaksanaan upacara agama merupakan salah satu hal yang penting di Desa Pakraman Belantih. Dimana dalam pelaksanaan upacara masih berpedoman pada adat istiadat yang mereka warisi. Cara pelaksanaan upacaranya berbeda dengan desa-desa yang lain.Tari Baris merupakan tarian tradisional yang telah menjadi kebudayaan masyarakat setempat, dan secara turun temurun diwariskan.
Dari sekian banyak Tari Wali yang dipentaskan slah satunya adalah Tari Baris Goak yang terdapat hanya di Desa Pakraman Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Pementasan tari-tarian ini adalah merupakan rangkaian upacara yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena mengandung nilai-nilai spiritual, pendidikan. Keunikan dari Tari Baris Goak adalah mengenai cerita dan pakaian yag digunakan. Yang mana ada penari berpakaian hitam sebagai symbol burung goak(gagak) dan satu penari penari berpakaian putih memerankan Jero Mangku Pucangan. Pada saat pementasan inilah ada beberapa Banten yang dihaturkan baik pada saat sebelum pementasan dan saat pementasan berlangsung. Mengingat tari Baris Goak ini sakral dan langka, dalam pementasanya maka perlu dilakukan penelitian sebagai upaya pelestarian, adapun judul karya ilmiah dalam Penelitian ini, yaitu: Pementasan Tari Baris Goak Dalam Pujawali Di Pura Puseh, Desa Pakraman Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.








1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana Sejarah Tari Baris Goak dalam Pujawali di Pura Puseh, Desa Pakraman Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli?.
2.      Bagaimana bentuk pementasan Tari Baris Goak dalam Pujawali di Pura Puseh, Desa Pakraman Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli?.
3.      Bagaimana kostum Tari Baris Goak dalam Pujawali di Pura Puseh, Desa Pakraman Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli?.








BAB II
ISI

2.1 Sejarah Tari Baris Goak
            Tari Baris Goak adalah salah satu hasil karya seni tari. Pementasan tari baris goak ini terdiri dari beberapa unsure seni, diantaranya unsure seni music atau seni karawitan, serta seni rias dan busana, seni drama dan seni tari. Keberadaan dari pada tari baris goak itu tidak terlepas dari keberadaan Desa Pakraman Belantih. Munculnya tari baris goak ini adalah untuk mendukung proses upacara Dewa Yajna, yaitu sebagai pengiring upacara. Pembentukannya sendiri dilakukan oleh Desa Pakraman dengan menggunakan anggota masyarakat yang telah berkeluarga sebagai personilnya. Keberadaan tetap utuh sampai sekarang meskipun terjadi beberapa pergantian generasi, tetapi karena Awig-awig Desa pakraman Belantih yang mewajibkan adanya proses regenerasi, maka tari baris goak harus tetap ada dan berlanjut sampai sekarang.
            Ttari Baris Goak yang ada di Desa Pakraman Belantih sesuai dengan isi Prasasti Belantih berangka tahun 980 Caka, yang diterjemahkan oleh Mr. Louis Charlea Damais, pada tanggal 18 Januari 1059, dikemukakan bahwa: kalau ada permainan banyol, permainan topeng, wayang, lelucon, yang main untuk raja, maka mereka harus diberi ongkos 2 kepeng, untuk perkumpulan seruling 3 kepeng, untuk juru kidung 1 kepeng, juru gong 2 kepeng, ( Wawancara I Wayan Widiana, 20 Mei 2012).
            Menurut Dewa Anom Wahyu (wawancara 20 Mei 2012) menceritakan tentang sejarah dari tari baris goak, yaitu : pada masa lampau ada seorang pemangku dari Desa Belantih, yang bernama Mangku Pucangan, nyungsug atau Ngemong Ida Bhatara . Tari Baris Goak terinspirasi dari uwug Badung, pada saat pemerintahan I Gusti Kertalangu. Masyarakat terusik karena kedatangan segerombolan goak yang datang dari utara atau  den bukit . sampai-sampai memasak tidak bisa. Melihat keadaan yang demikian, I Gusti Kertalangu menjadi bingung kemudian bersumpah ”Barang siapa yang bisa mengalahkan goak-goak tersebut akan diberikan kekuasaan di daera Badung.
            Kemudian datanglah penduduk yang bernama Ki Mangku Pucangan berasal dari Buahan. Ki mangku Pucangan berhasil menyusup goak hitam, tetapi beliau menjadi goak berwarna putih. Karena warna yang lain menimbulkan kecurigaan pada goak yang lainnya . sehingga terjadi pertempuran dan ki Mangku Pucangan berhasil mengalahkan goak-goak tersebut dengan senjata sebuah pecut anugrah Dewi Danuh. Kemudian goak putih berkata, bahwa dia adalaha utusan dari Dewi Danuh untuk mengusir goak-goak yang mengganggu masyarakat. Akhirnya Ki Mangku Pucangan berhasil mengalahkan gerombolan goak tersebut. ia lalu diberikan wilayah puri di daerah pemecutan dan diberi gelar I Gusti Ngurah Alit Jambe Pamecutan. Dalam pertempuranya itu burung gagaklah yang kalah karena semuanya telah dicamuk dengan cemeti yang beliau bawa. Mangku Pucangan mengutuk semua burung gagak itu, agar mereka tidak merusak lagi. Burung gagak meminta kepada Mangku Pucangan, agar diberi upah upacara segehan Agung dengan menyembelih seekor anak ayam yang berbulu hitam, dan permintaanya disambut oleh mangku Pucangan.
            Setelah beliau datang dari daerah Badung, dengan membawa cemeti yang dianggap memiliki kekuatan magis itulah sehingga timbul ide penciptaan tari Baris Goak di Desa Pakraman Belantih. Yang pementasannya dilakukan pada saat upacara piodalan di Pura kahyangan Tiga Desa Pakraman Belantih, yaitu Pura Bale Agung, Pura Puseh, dan Pura Dalem dan di luar Desa Pakraman Belantih yaitu di Pura Penulisan. Pementasan ini tidak dilakukan apabila salah seorang anggota atau pemuka masyarakat yang mengalami halangan kematian.

2.2 Bentuk Pementasan Tari Baris Goak
            `Bentuk Pementasan secara umum yaitu dimulai dari sebelum pementasan, pada saat pementasan, dan setelah pementasan selesai.
1.      Sebelum pementasan tari Baris goak, terlebih dahulu para penari menarikan baris Gede atau Baris Tombak. Ketika juru tabuh memainkan tabuh bapang gede, para penari mulai menaruh tombaknya dengan rapi, dan mengganti dengan sayap dari kain hitam.
2.      Pada saat Pementasan Tari Baris Goak diawali dengan gerakan terbang memakai sayap kain hitam dan membentuk lingkaran ditengah-tengah kalangan untuk merebut seorang pedagang nasi yang ada di dalam lingkaran tersebut. kemudian dagang nasi itu meminta tolong dan memanggil-manggil orang karena telah direbut oleh segerombolan burung gagak. Maka datanglah seorang yang berperan sebagai Mangku Pucangan dengan membawa cemetinya. Ketika itu beliau langsung memecut semua burung gagak tersebut. akhirnya dengan cemeti tersebut semua burung gagak itu kalah, ada yang mati ada pula yang pingsan. Saat itulah Mangku Pucangan mengutuk burung gagak, agar mereka tidak lagi merusak daerah Puri Pemecutan, Pasar Badung, dan Bali pada umumnya. Tetapi segerombolan gagak tersebut meminta agar dibuatkan segehan agung dengan menyembelih ayam hitam.
3.      Sesudah selesai pementasan datang seseorang yang telah ditugaskan ditengah-tengah kalangan yang membawa banten Segehan Agung. Dengan banten segehan agung itu maka penari Baris Goak termasuk Mangku Pucangan, bersama-sama mencakupkan tangan atau bersembahyang memohon keselamatan. Setelah itu para penabuh memainkan gending pakaad dan para penari malpal kebelakang.

2.3 Kostum dan Properti Tari Baris Goak.
            Kostum adalah salah satu alat bantu yang dapat membantu penonton untuk membedakan karakter atau mengenali cirri khas dari setiap tokoh yang terdapat dalam suatu tarian. Adapun busana atau kastum dan property yang dikenakan oleh penari Tari Baris Goak adalah :
1.      Busana Baris Goak : Gelungan Baris, celana putih, baju putih, kain berwarna bebas untuk saput, sabuk stagen, keris, kain hitam yang sudah dimodifikasi sebagai sayap, awiran, lamak, bapang, selendang.
2.      Busana Peran dagang nasi yaitu : baju kebaya, kain batik, sabuk stagen, kain handuk, sampur, atau selendang
3.      Busana Mangku Pucangan yaitu: Celana Panjang, Bapang< Udeng, kain putih, Sabuk kecil.
Adapun property yang digunakan adalah :
1.      Penari Baris Goak, membawa senjata tombak dengan panjang dua setengah meter.
2.      Peran dagang nasi membawa bakul berisi nasi
3.      Peran Mangku Pucangan membawa cemeti (pecut).
















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah yang ada, yaitu:
Baris Goak ditenggarai muncul pada abad ke IX, terinspirasi dari cerita uwug Badung dan tokoh mangku Pucangan, bentuk dari pementasan Tari Baris Goak dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu sebelum, pada saat berlangsung, dan setelah pementasan selesai kostum yang digunakan oleh penari Tari Baris goak tersebut hampir sama dengan tari Baris Gede atau Baris Tombak, akan tetapi berisi saput dan menggunakan kain hitam sebagai sayap.












DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made dan Friedrik Eugine de Boer. 1981. Kaja And Kelod, Balinese Dance in Transition. London :Oxford University.

Bandem, I Made. 1996. Etnologi Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius.
Bandem, I Made. 1988. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia(ASTI).

Dibia, I Wayan. 1999. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan.



DAFTAR INFORMAN.

1.      Nama               : Dewa Anom Wahyu
Umur               : 50 tahun
Jenis kelamin   : Laki-laki
Status              : Tokoh adat dan tokoh masyarakat
Alamat            : Br. Belantih

2.      Nama               : Drs. I Wayan Widiana
Umur               : 40 tahun
Jenis kelamin   : Laki-laki
Status              : Tokoh adat dan tokoh masyarakat
Alamat            : Br. Belantih


2 komentar:

  1. Respek atas hasil karya anda, tapi tolong Hati-hati, desa belantih itu bukan desa pakraman gous...

    BalasHapus
  2. maaf bli, apakah desa belantih itu termasuk dalam desa adat, dinas atau apa?agar segera bisa saya perbaiki artikel ini. trimakasih responya bli, suksma

    BalasHapus