Selasa, 06 November 2012

satya brasta



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Seni pertunjukan di Bali sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Daya tarik Bali adalah eksistensi kebudayaanya yang unik dan merakyat. Kehidupan kebudayaanya adalah menyatunya agama, kebudayaan, adat yang harmonis, cipta, rasa, dan karsa sebagai unsure budhi daya manusia yang menonjol mengambil bentuk keagamaan, estetika, etika. Hal tersebut tercermin lewat seni budaya, solidaritas, gotong royong sebagai rasa kebersamaan (Wicaksana, 2003:98).
Salah satu seni budaya yang paling eksis hingga saat ini di Bali adalah seni tari. Tari sebagai salah satu wujud dari kesenian merupakan unsure budaya yang paling menonjol. Hal ini dikarenakan kesenian itu sendiri sebagai salah satu bentuk kreativitas dalam kehidupan masyarakat yang tidak pernah bisa berdiri sendiri (Indrawati, 2007:25).
Dalam karya tulis ini tari yang ingin dideskripsikan dan dianalisa adalah salah satu tari kreasi baru dengan judul Tari Satyabrasta. Adapun Tari Satyabrasta yang kami amati pada tanggal 10 april 2012 pada saat piodalan di Pura Batur. Selain pementasan tari Satyabrasta juga terdapat pementasan tarian lainya. Tari-tarian tersebut dipertunjukan oleh Sanggar Nitya Sidhi. Tentunya dalam suatu pementasan terdapat beberapa proses menuju terbentuk dan terselenggaranya suatu pementasan, oleh karena itu kami mengamati dan menganalisa apa saja faktor-faktor yang menunjang terselenggaranya pementasan tersebut
B.     Rumusan masalah
1.      Faktor apa saja yang mendukung terselanggaranya pementasan Tari Satya Brastha di Pura Batur?
2.      Bagaimana pementasan Tari Satya Brastha berlangsung?
C.    Tujuan
Adapun tujuan  dari laporan pengamatan ini antara lain :
1.      Untuk mengetahui faktor – faktor yang mendukung pementasan dari Tari Satya Brastha.
2.      Untuk mengetahui berlangsungnya pementasan Tari Satya Brastha.
D.    Manfaat
Adapun manfaat dari laporan pengamatan ini antara lain :
1.        Dengan adanya laporan ini pembaca dapat mengetahui dan memahami faktor- faktor pementasan Tari Satya Brastha di Pura Batur.
2.        Untuk mengetahui jalannya pementasan Tari Satya Brastha.







BAB II
ISI

A .Sejarah Tari Satya Brastha
Bali terkenal dengan bentuk keseniaanya yang identik dengan seni tari, seni tabuh,seni patung,seni ukir, dan seni kriya. Di dalam peper penelitian ini saya akan memaparkan tentang tari Satya Brasta adapun sejarah dari munculnya tari Satya Brasta.  Tari Satya Brastha merupakan salah satu tari kreasi baru. Sebagai bagian dari seni pertunjukan Bali, tari Satya Brastha dapat berkembang dalam masyarakat karena komposisi tarinya yang unik, dengan gerak tari yang mudah untuk dipelajari oleh masyarakat.
Tari Satya Brasta adalah taru kreasi yang dibawakan oleh sekelompok penari pria yang menceritakan  tentang kepahlawanan Gatotkaca dengan peperangan antara Gatotkaca dengan Karna yang diakhiri dengan gugurnya Gatotkaca oleh senjata Konta Wijayakusuma. Dengan pencipta  I Nyoman Cerita, SST, MA pada tahun 1989
Tarian lepas angkatan terbaru belakangan ini ikut juga unjuk kiprah bersama-sama tari-tarian kreasi terdahulu yang kini sering mengisi kokosongan panggung pertunjukan yang ditinggalkan oleh Drama Gong dan Arja yang dulu sempat menjadi seni pertunjukan primadona masyarakat. Pementasan tarian lepas itu umumnya bersifat ngayah dalam konteks upacara keagamaan seperti pada pementasan malam itu adalah sajian balih-balihan dalam rangka suatu tonggak upacara agama penting di pura banjar tersebut. Para penari dan grup penabuh, tampil secara tulus tanpa menuntut imbalan apa pun. gampang untuk dimengerti



B. Perkembangan Tari Satya Brasta  
Salah satu pekembangan tari Satya Brasta dapat dilihat dari sering munculnya atau ditampilkan di dalam suatu pertujukan. Sehingga tari kreasi baru ini tidak pernah luput dari perhatian masyarakat karena masyarakatlah yang menilai baik-buruknya suatu pertunjukan tersebut dan dapat mempunyai asumsi bahwa tarian ini harus dikembangkan lagi supaya dikenal oleh masyakat diluar bukan hanya dari masyarakat di Bali saja. Pengetahuan itu harus ditanamkan kepada generasi muda yang mendatang khusunya yang mempunyai bakat didalam seni tari.
Perkembangan tari Satya Brasta dapat didukung oleh sektor pariwisata. Ni Made Ruastiti dalam Mudra menyebutkan salah satu aspek kebuayaan yang paling diminati di dunia pariwisata adalah seni pertunjukan(2001:98). Itu yang member alas an kuat kenapa hingga saat ini keberadaan tari Satya Brasta masih eksis di dunia seni tari Bali. Biasanya tarian dipertunjukan di hotel atau restorant yang menyediakan fasilitas unutuk kesenian.
C. Struktur Tari Satya Brasta
Struktur tari Satya Brasta ini tersusun sebagai berikut :
Dari Segi Gerak
Rangkaian geraknya secara singkat yaitu :
Pertama-tama keluar tiga orang penari dengan membawa tedung  (pajeng Bali), 3 orang penari keluar dengan langkah lebar-lebar dan kompak menghadap ke pojok depan stage dengan tekanan dan tanjekan mereka memulai gerakan angkat kaki kecil-kecil dengan bergiliran dan diselingi gerakan atau langkah kaki silang seperti orang berjalan dengan gerakan cepat. Dengan perpindahan komposisi lurus ke samping atau berjejer  mereka melakukan gerkan memutar tedung (pajeng Bali) tersebut, disana mereka menyembunyikan diri dibalik tedung (pajeng Bali) dengan memainkan property yang berbentuk anak panah tetapi pendek dengan menggambarkan naga yang biasanya disebut dengan konta. Disana yang kelihatan hanyalah tangan yang memegang property tersebut, kemudian bangun dengan gerakan kompak dan selanjutnya mengambil tedung dengan gerakan tangan memutar tedung (pajeng Bali) dan disana datanglah 3 orang lagi membawa kipas. Mereka yang membawa kipas melakukan gerakan malpal dengan langkah lebar dan kompak.  Yang membawa tedung (pajeng Bali) sama namun mereka hanya beda membawakan dan memainkan propertinya dengan variasi membuka kipas bagi yang membawa property kipas sedangkan yang membawa tedung (pajeng Bali) merentangkannya ke depan dan memutarkannya kemudian berjalan ke belakang dengan langkah penari untuk menaruh property tedung (pajeng Bali) dan kipasnya dibuka di depan tedung (pajeng Bali). Kemudian membuat komposisi satu orang memimpin di depan, dua orang di belakangnya, tiga orang lagi paling belakang. Disini juga melakukan gerakan kompak seperti gerakan duduk dengan satu kaki yaitu setengah jongkok, gerakan kompak seperti kipekan dengan ekspresi dan mata menatap tajam (nelik), gerakan langkah kaki mundur dengan kompak.  Kemudian dilanjutkan dengan adegan pembagian peran, dengan posisi 2 orang di depan melakukan gerakan bercakap dalam tari seperti nuding dan 4 orang berjejer di belakang duduk dengan gerakan kompak dan lambat seperti orang yang mendengarkan percakapan 2 orang yang di depan. Kemudian membuat posisi kereta berkuda dengan satu orang menjadi kuda, 2 orang memegang tedung (pajeng Bali) yaitu sebagai roda, satu orang memegang kipas dan tedung (pajeng Bali), satu orang memegang 2 kipas yang dibuka sebagai pintu kereta, satu orang sebagai tokoh dalam tari. Kemudian gerakan perang yang sudah tertata oleh pencipta tari. Dari synopsis tarinya dengan ending salah satu penari berada di depan untuk mengambil ancang-ancang dengan gerakan improvisasi dan melempar anak panah (konta) , dua orang membawa tedung (pajeng Bali) dan menghadapkannya ke depan dan memutarkannya. Satu orang membawa tedung (pajeng Bali) dengan posisi payung ditutup , satu orang sebagai tumpuan, satu orang sebagai tokoh yang berada di atas tumpuan yang akan kalah dalam cerita tari itu (dipanah).
-  Dalam tarian ini banyak terdapat gerakan kreasi baru yang kompak dan pengulangannya.
- Dalam gerakan transisi, perpindahan posisi 1 ke posisi yang lain menggunakan gerakan jalan dengan langkah lkebar dan gagah, dan gerakan nyrihsihg
- dalam tari ini banyak menggunakan komposisi dan trik dari property
- dalam tari ini ada gerakan improvisasi karena adanya penokohan dan perwatkana yang berbeda yang sudah ditata oleh pencipta tari
- yang menjadi cirri dari tari ini adalah adegan terakhir klahnya gatotokaca oleh senajata Konta Wjayakusuma.
\- Gerakan tarinya sangat gagah dan berwibawa
-          Gerak tarinya sangat energik dan kebanyakan tempo cepat kecuali pada waktu pengadeng

D.    Faktor Penari
dalam pementasan tari Satya Brasta yang kami amati, ditarikan oleh 6 penari pria yang semua penari tersebut adalah anak-anak sanggar Nitya Sidhi yang masih menduduki bangku sekolah kelas 2 dan 3 SMP. Secara umum yang kami amati dari faktor kepenarian adalah :
-          Ditinjau dari postur penari keenam penari tersebut memiliki postur hampir sama akan tetapi 2 orang penari Satya Brasta yang membawa tedung sedikit lebih tinggi dari pada penari yang lainnya.
-          Ditinjau dari kemampuan menari, tidaklah begitu berbeda antara penari 1 dan penari lainnya hanya saja seorang penari Satya Brasta yang membawa properti kipas sedikit terlihat kurang pada gerakan tarian tersebut. menurut penuturan salah seorang penari Satya Brasta yakni I Gede Hendra Swagata ( 3 SMP ), penari yang terlihat kurang tersebut tidak terlalu lama dapat mempelajari tarian Satya Brasta ini.
-          Ditinjau dari kekompakan penari, tari Satya Brasta yang kami amati terlihat kurang kompak mungkin yang menyebabkan adalah kurangnya waktu dan kesempatan untuk berlatih secara serius.



E.     Faktor Pendukung
·         Kostum tari Satya Brasta :
1.      Celana biru
2.      Saput pink
3.      Lamak/kancut depan dengan 3 warna yaitu kuning, pink dan biru
4.      Sabuk kain
5.      Baju variasi yang hanya menutup bagian dada, bahu, punggung.
6.      Badong
7.      Gelangkana tangan dan gelangkana kaki
8.      Udeng Kain
9.      Ampok-Ampok
10.  Wig (rambut palsu)
·         Properti :
a.       Kipas putih sedang
b.      Tedung (pajeng Bali)  yang berwarna biru
c.       Panah kecil yang bergambarkan naga (dililit) yang disebut dengan konta



·         Lighting ( Tata Cahaya ) :
Pementasan Tari Satya Brasta ini di pentaskan pada malam hari, yang tentunya sangat pencahayaan. Adapun tata cahaya yang digunakan pada pementasan Tari Satya Brasta yang kami amati adalah menggunakan Lampu Neon Slinder 70 Watt sejumlah 2 buah. Lampu Halogen 300 Watt 2 buah. Dalam pementasan Tari ini tidak begitu menggunakan Tata Cahaya, khusus karena pementasan ini dilangsungkan di Pura.
·         Sound System :
Dalam Pementasan Tari Satya Brasta yang kami amati di Pura Batur tersebut hanya menggunakan 2 buah Speaker merk sony berikut Subwofer.
Dan menggunakan 1 buah  corong.
·         Dekorasi Panggung :
Panggung yang digunakan dalam pementasan tersebut adalah jenis panggung Arena. Yang bertempat di Jaba tengah Pura Batur. Adapun dekorasi panggung tersebut sangatlah sederhana. Menggunakan tirai ( Langse ) dengan Gapura yang terbuat dari Triplek dan dihiasi oleh beberapa macam tanaman.

F.     Musik Iringan :
Memakai Gambelan gong kebyar
Pepeson : musik keras teratur.
Pengawak : musik sedang
Pesiat : musik keras. 

G.    Susunan Kepanitiaan :
dalam suatu pementasan tentunya terselenggara akibat adanya kerjasama antara bebrapa pihak. Dalam pementaan tari satyabrasta yang kami amati, yang dipentaskan pada saat piodalan di Pura Batur tentunya pihak-pihak selaku panitia penyelenggara adalah pengempon Pura Batur. Seperti yang tertera diatas Tari Satyabrasta ini dipersembahkan oleh sanggar Nitya Sidhi yang berlokasi di Abian Base Gianyar. Terselenggaranya pementasan tersebut diawali dengan pengajuan untuk mengisi acara ayah-ayahan dalam rangka piodalan di Pura Batur oleh pimpinan sanggar yaitu I Gusti Ngurah Jaya Suarya Ssn. Setelah pengajuan acara tersebut disetujui oleh pihak panitia Pura Batur maka pihak kepanitian Pura Batur memberikan jadwal pementasan tersebut.

H.    Apresiasi Penonton
Tari Satyabrasta yang kami amati dipentaskan pada pukul 20.00 wita. Penonton yang menyaksikan pementaskan Tari Satyabrasta ini kebanyakan penduduk setempat yang ngayah makemit atau melaksanakan persembahyangan. Selain itu penduduk daerah luar Batur yang kebetulan pada saat itu melakukan persembahyangan juga ikut menoton pementasan tersebut. Penonton sangat antusias menyaksikan tarian tersebut, dibuktikan dengan antusias penonton yang menyaksikan pertunjukan sampai akhir pementasan. Akan tetapi ketika waktu menunjukan pukul 22.00 wita penonton yang berasal dari luar daerah Batur satu-persatu mulai meninggalkan tempat tersebut. menurut penuturan dari salah seorang penonton, yang meninggalkan tempat tersebut beralasan memili pekerjaan dipagi besok hari dan suhu udara yang sangat dingin.


BAB IIII
PENUTUP
Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari laporan pengamatan tari satya brastha ini adalah:
            Tari Satya brasta merupakan salah satu tari kreasi baru di Bali yang diciptakan oleh I Nyoman Cerita dalam ujian akhir kompetensi jurusan Tari di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar pada tahun 1989. Gerak-gerak yang digunakan dalam tarian ini adalah gerakan-gerakan tari Tradisi Bali yang dibalut dengan kreatifitas sehingga Nampak banyak gerakan-gerakan baru. Tarian ini juga menggunakan banyak permainan property dalam gerakan-gerakan tariannya, propertynya adalah kipas dan pajeng.
Kami mengamati tari Satyabrastha di Pura Batur pada tanggal 10 april 2012. Adapun faktor-faktor yang kami amati antara lain :
-          Faktor Penari
Dalam pementasan tari Satya Brasta yang kami amati, ditarikan oleh 6 penari pria yang semua penari tersebut adalah anak-anak sanggar Nitya Sidhi yang masih menduduki bangku sekolah kelas 2 dan 3 SMP. Secara umum yang kami amati dari faktor kepenarian adalah ditinjau dari postur penari, kualitas, dan kekompakan.
-          Faktor Pendukung
Dari segi factor pendukung yang kami amati antara lain :
1.      Kostum dan properti
2.      Tata lampu
3.      Saund sistem
4.      Dekorasi panggung


-          Musik iringan
Tari Satya Brastha yang kami amati menggunakan Gambelan gong kebyar, yang terdiri dari bagian struktur gending yaitu :
·         Pepeson : musik keras teratur.
·         Pengawak : musik sedang
·         Pesiat : musik keras.

-          Susunan Kepanitiaan :
dalam suatu pementasan tentunya terselenggara akibat adanya kerjasama antara bebrapa pihak. Dalam pementaan tari satyabrasta yang kami amati, yang dipentaskan pada saat piodalan di Pura Batur tentunya pihak-pihak selaku panitia penyelenggara adalah pengempon Pura Batur.Terselenggaranya pementasan diawali dengan pengajuan untuk mengisi acara ayah-ayahan dalam rangka piodalan di Pura Batur oleh pimpinan sanggar yaitu I Gusti Ngurah Jaya Suarya Ssn
-          Apresiasi Penonton
Penonton sangat antusias menyaksikan tarian-tarian yang disajikan khususnya Tari Satya Brastha, dibuktikan dengan antusias penonton yang menyaksikan pertunjukan sampai akhir pementasan. Akan tetapi penonton yang berasal dari luar daerah Batur satu-persatu mulai meninggalkan tempat tersebut. Menurut penuturan dari salah seorang penonton, yang meninggalkan tempat tersebut beralasan memiliki pekerjaan dipagi besok hari dan suhu udara yang sangat dingin.






Daftar Pustaka

Djayus Nyoman , Teori Tari Bali ,Surabaya,CV Sumber Mas Bali, 1979.

Wicaksana, I Dewa Ketut. “Menguak Nilai-Nilai Estetis Tari Baris.” Mudra, Jurnal Seni Budaya 13, No.3 (September 2003):98-107.

Indrawati, Antonia. “ Tari Hegong Di Maumere, Kabupaten Sikka, Flores.” Agem, Jurnal Seni Tari 6, No.1 (September 2007):25-32.

Ruastiti, Ni Made. “Seni Pertunjukan Pariwisata Dalam Perspektif Ekonomi Pembangunan.” Mudra, Jurnal Seni Budaya No.10 Th.IX (Januari 2001):98-109

















satya brasta



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Seni pertunjukan di Bali sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Daya tarik Bali adalah eksistensi kebudayaanya yang unik dan merakyat. Kehidupan kebudayaanya adalah menyatunya agama, kebudayaan, adat yang harmonis, cipta, rasa, dan karsa sebagai unsure budhi daya manusia yang menonjol mengambil bentuk keagamaan, estetika, etika. Hal tersebut tercermin lewat seni budaya, solidaritas, gotong royong sebagai rasa kebersamaan (Wicaksana, 2003:98).
Salah satu seni budaya yang paling eksis hingga saat ini di Bali adalah seni tari. Tari sebagai salah satu wujud dari kesenian merupakan unsure budaya yang paling menonjol. Hal ini dikarenakan kesenian itu sendiri sebagai salah satu bentuk kreativitas dalam kehidupan masyarakat yang tidak pernah bisa berdiri sendiri (Indrawati, 2007:25).
Dalam karya tulis ini tari yang ingin dideskripsikan dan dianalisa adalah salah satu tari kreasi baru dengan judul Tari Satyabrasta. Adapun Tari Satyabrasta yang kami amati pada tanggal 10 april 2012 pada saat piodalan di Pura Batur. Selain pementasan tari Satyabrasta juga terdapat pementasan tarian lainya. Tari-tarian tersebut dipertunjukan oleh Sanggar Nitya Sidhi. Tentunya dalam suatu pementasan terdapat beberapa proses menuju terbentuk dan terselenggaranya suatu pementasan, oleh karena itu kami mengamati dan menganalisa apa saja faktor-faktor yang menunjang terselenggaranya pementasan tersebut
B.     Rumusan masalah
1.      Faktor apa saja yang mendukung terselanggaranya pementasan Tari Satya Brastha di Pura Batur?
2.      Bagaimana pementasan Tari Satya Brastha berlangsung?
C.    Tujuan
Adapun tujuan  dari laporan pengamatan ini antara lain :
1.      Untuk mengetahui faktor – faktor yang mendukung pementasan dari Tari Satya Brastha.
2.      Untuk mengetahui berlangsungnya pementasan Tari Satya Brastha.
D.    Manfaat
Adapun manfaat dari laporan pengamatan ini antara lain :
1.        Dengan adanya laporan ini pembaca dapat mengetahui dan memahami faktor- faktor pementasan Tari Satya Brastha di Pura Batur.
2.        Untuk mengetahui jalannya pementasan Tari Satya Brastha.







BAB II
ISI

A .Sejarah Tari Satya Brastha
Bali terkenal dengan bentuk keseniaanya yang identik dengan seni tari, seni tabuh,seni patung,seni ukir, dan seni kriya. Di dalam peper penelitian ini saya akan memaparkan tentang tari Satya Brasta adapun sejarah dari munculnya tari Satya Brasta.  Tari Satya Brastha merupakan salah satu tari kreasi baru. Sebagai bagian dari seni pertunjukan Bali, tari Satya Brastha dapat berkembang dalam masyarakat karena komposisi tarinya yang unik, dengan gerak tari yang mudah untuk dipelajari oleh masyarakat.
Tari Satya Brasta adalah taru kreasi yang dibawakan oleh sekelompok penari pria yang menceritakan  tentang kepahlawanan Gatotkaca dengan peperangan antara Gatotkaca dengan Karna yang diakhiri dengan gugurnya Gatotkaca oleh senjata Konta Wijayakusuma. Dengan pencipta  I Nyoman Cerita, SST, MA pada tahun 1989
Tarian lepas angkatan terbaru belakangan ini ikut juga unjuk kiprah bersama-sama tari-tarian kreasi terdahulu yang kini sering mengisi kokosongan panggung pertunjukan yang ditinggalkan oleh Drama Gong dan Arja yang dulu sempat menjadi seni pertunjukan primadona masyarakat. Pementasan tarian lepas itu umumnya bersifat ngayah dalam konteks upacara keagamaan seperti pada pementasan malam itu adalah sajian balih-balihan dalam rangka suatu tonggak upacara agama penting di pura banjar tersebut. Para penari dan grup penabuh, tampil secara tulus tanpa menuntut imbalan apa pun. gampang untuk dimengerti



B. Perkembangan Tari Satya Brasta  
Salah satu pekembangan tari Satya Brasta dapat dilihat dari sering munculnya atau ditampilkan di dalam suatu pertujukan. Sehingga tari kreasi baru ini tidak pernah luput dari perhatian masyarakat karena masyarakatlah yang menilai baik-buruknya suatu pertunjukan tersebut dan dapat mempunyai asumsi bahwa tarian ini harus dikembangkan lagi supaya dikenal oleh masyakat diluar bukan hanya dari masyarakat di Bali saja. Pengetahuan itu harus ditanamkan kepada generasi muda yang mendatang khusunya yang mempunyai bakat didalam seni tari.
Perkembangan tari Satya Brasta dapat didukung oleh sektor pariwisata. Ni Made Ruastiti dalam Mudra menyebutkan salah satu aspek kebuayaan yang paling diminati di dunia pariwisata adalah seni pertunjukan(2001:98). Itu yang member alas an kuat kenapa hingga saat ini keberadaan tari Satya Brasta masih eksis di dunia seni tari Bali. Biasanya tarian dipertunjukan di hotel atau restorant yang menyediakan fasilitas unutuk kesenian.
C. Struktur Tari Satya Brasta
Struktur tari Satya Brasta ini tersusun sebagai berikut :
Dari Segi Gerak
Rangkaian geraknya secara singkat yaitu :
Pertama-tama keluar tiga orang penari dengan membawa tedung  (pajeng Bali), 3 orang penari keluar dengan langkah lebar-lebar dan kompak menghadap ke pojok depan stage dengan tekanan dan tanjekan mereka memulai gerakan angkat kaki kecil-kecil dengan bergiliran dan diselingi gerakan atau langkah kaki silang seperti orang berjalan dengan gerakan cepat. Dengan perpindahan komposisi lurus ke samping atau berjejer  mereka melakukan gerkan memutar tedung (pajeng Bali) tersebut, disana mereka menyembunyikan diri dibalik tedung (pajeng Bali) dengan memainkan property yang berbentuk anak panah tetapi pendek dengan menggambarkan naga yang biasanya disebut dengan konta. Disana yang kelihatan hanyalah tangan yang memegang property tersebut, kemudian bangun dengan gerakan kompak dan selanjutnya mengambil tedung dengan gerakan tangan memutar tedung (pajeng Bali) dan disana datanglah 3 orang lagi membawa kipas. Mereka yang membawa kipas melakukan gerakan malpal dengan langkah lebar dan kompak.  Yang membawa tedung (pajeng Bali) sama namun mereka hanya beda membawakan dan memainkan propertinya dengan variasi membuka kipas bagi yang membawa property kipas sedangkan yang membawa tedung (pajeng Bali) merentangkannya ke depan dan memutarkannya kemudian berjalan ke belakang dengan langkah penari untuk menaruh property tedung (pajeng Bali) dan kipasnya dibuka di depan tedung (pajeng Bali). Kemudian membuat komposisi satu orang memimpin di depan, dua orang di belakangnya, tiga orang lagi paling belakang. Disini juga melakukan gerakan kompak seperti gerakan duduk dengan satu kaki yaitu setengah jongkok, gerakan kompak seperti kipekan dengan ekspresi dan mata menatap tajam (nelik), gerakan langkah kaki mundur dengan kompak.  Kemudian dilanjutkan dengan adegan pembagian peran, dengan posisi 2 orang di depan melakukan gerakan bercakap dalam tari seperti nuding dan 4 orang berjejer di belakang duduk dengan gerakan kompak dan lambat seperti orang yang mendengarkan percakapan 2 orang yang di depan. Kemudian membuat posisi kereta berkuda dengan satu orang menjadi kuda, 2 orang memegang tedung (pajeng Bali) yaitu sebagai roda, satu orang memegang kipas dan tedung (pajeng Bali), satu orang memegang 2 kipas yang dibuka sebagai pintu kereta, satu orang sebagai tokoh dalam tari. Kemudian gerakan perang yang sudah tertata oleh pencipta tari. Dari synopsis tarinya dengan ending salah satu penari berada di depan untuk mengambil ancang-ancang dengan gerakan improvisasi dan melempar anak panah (konta) , dua orang membawa tedung (pajeng Bali) dan menghadapkannya ke depan dan memutarkannya. Satu orang membawa tedung (pajeng Bali) dengan posisi payung ditutup , satu orang sebagai tumpuan, satu orang sebagai tokoh yang berada di atas tumpuan yang akan kalah dalam cerita tari itu (dipanah).
-  Dalam tarian ini banyak terdapat gerakan kreasi baru yang kompak dan pengulangannya.
- Dalam gerakan transisi, perpindahan posisi 1 ke posisi yang lain menggunakan gerakan jalan dengan langkah lkebar dan gagah, dan gerakan nyrihsihg
- dalam tari ini banyak menggunakan komposisi dan trik dari property
- dalam tari ini ada gerakan improvisasi karena adanya penokohan dan perwatkana yang berbeda yang sudah ditata oleh pencipta tari
- yang menjadi cirri dari tari ini adalah adegan terakhir klahnya gatotokaca oleh senajata Konta Wjayakusuma.
\- Gerakan tarinya sangat gagah dan berwibawa
-          Gerak tarinya sangat energik dan kebanyakan tempo cepat kecuali pada waktu pengadeng

D.    Faktor Penari
dalam pementasan tari Satya Brasta yang kami amati, ditarikan oleh 6 penari pria yang semua penari tersebut adalah anak-anak sanggar Nitya Sidhi yang masih menduduki bangku sekolah kelas 2 dan 3 SMP. Secara umum yang kami amati dari faktor kepenarian adalah :
-          Ditinjau dari postur penari keenam penari tersebut memiliki postur hampir sama akan tetapi 2 orang penari Satya Brasta yang membawa tedung sedikit lebih tinggi dari pada penari yang lainnya.
-          Ditinjau dari kemampuan menari, tidaklah begitu berbeda antara penari 1 dan penari lainnya hanya saja seorang penari Satya Brasta yang membawa properti kipas sedikit terlihat kurang pada gerakan tarian tersebut. menurut penuturan salah seorang penari Satya Brasta yakni I Gede Hendra Swagata ( 3 SMP ), penari yang terlihat kurang tersebut tidak terlalu lama dapat mempelajari tarian Satya Brasta ini.
-          Ditinjau dari kekompakan penari, tari Satya Brasta yang kami amati terlihat kurang kompak mungkin yang menyebabkan adalah kurangnya waktu dan kesempatan untuk berlatih secara serius.



E.     Faktor Pendukung
·         Kostum tari Satya Brasta :
1.      Celana biru
2.      Saput pink
3.      Lamak/kancut depan dengan 3 warna yaitu kuning, pink dan biru
4.      Sabuk kain
5.      Baju variasi yang hanya menutup bagian dada, bahu, punggung.
6.      Badong
7.      Gelangkana tangan dan gelangkana kaki
8.      Udeng Kain
9.      Ampok-Ampok
10.  Wig (rambut palsu)
·         Properti :
a.       Kipas putih sedang
b.      Tedung (pajeng Bali)  yang berwarna biru
c.       Panah kecil yang bergambarkan naga (dililit) yang disebut dengan konta



·         Lighting ( Tata Cahaya ) :
Pementasan Tari Satya Brasta ini di pentaskan pada malam hari, yang tentunya sangat pencahayaan. Adapun tata cahaya yang digunakan pada pementasan Tari Satya Brasta yang kami amati adalah menggunakan Lampu Neon Slinder 70 Watt sejumlah 2 buah. Lampu Halogen 300 Watt 2 buah. Dalam pementasan Tari ini tidak begitu menggunakan Tata Cahaya, khusus karena pementasan ini dilangsungkan di Pura.
·         Sound System :
Dalam Pementasan Tari Satya Brasta yang kami amati di Pura Batur tersebut hanya menggunakan 2 buah Speaker merk sony berikut Subwofer.
Dan menggunakan 1 buah  corong.
·         Dekorasi Panggung :
Panggung yang digunakan dalam pementasan tersebut adalah jenis panggung Arena. Yang bertempat di Jaba tengah Pura Batur. Adapun dekorasi panggung tersebut sangatlah sederhana. Menggunakan tirai ( Langse ) dengan Gapura yang terbuat dari Triplek dan dihiasi oleh beberapa macam tanaman.

F.     Musik Iringan :
Memakai Gambelan gong kebyar
Pepeson : musik keras teratur.
Pengawak : musik sedang
Pesiat : musik keras. 

G.    Susunan Kepanitiaan :
dalam suatu pementasan tentunya terselenggara akibat adanya kerjasama antara bebrapa pihak. Dalam pementaan tari satyabrasta yang kami amati, yang dipentaskan pada saat piodalan di Pura Batur tentunya pihak-pihak selaku panitia penyelenggara adalah pengempon Pura Batur. Seperti yang tertera diatas Tari Satyabrasta ini dipersembahkan oleh sanggar Nitya Sidhi yang berlokasi di Abian Base Gianyar. Terselenggaranya pementasan tersebut diawali dengan pengajuan untuk mengisi acara ayah-ayahan dalam rangka piodalan di Pura Batur oleh pimpinan sanggar yaitu I Gusti Ngurah Jaya Suarya Ssn. Setelah pengajuan acara tersebut disetujui oleh pihak panitia Pura Batur maka pihak kepanitian Pura Batur memberikan jadwal pementasan tersebut.

H.    Apresiasi Penonton
Tari Satyabrasta yang kami amati dipentaskan pada pukul 20.00 wita. Penonton yang menyaksikan pementaskan Tari Satyabrasta ini kebanyakan penduduk setempat yang ngayah makemit atau melaksanakan persembahyangan. Selain itu penduduk daerah luar Batur yang kebetulan pada saat itu melakukan persembahyangan juga ikut menoton pementasan tersebut. Penonton sangat antusias menyaksikan tarian tersebut, dibuktikan dengan antusias penonton yang menyaksikan pertunjukan sampai akhir pementasan. Akan tetapi ketika waktu menunjukan pukul 22.00 wita penonton yang berasal dari luar daerah Batur satu-persatu mulai meninggalkan tempat tersebut. menurut penuturan dari salah seorang penonton, yang meninggalkan tempat tersebut beralasan memili pekerjaan dipagi besok hari dan suhu udara yang sangat dingin.


BAB IIII
PENUTUP
Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari laporan pengamatan tari satya brastha ini adalah:
            Tari Satya brasta merupakan salah satu tari kreasi baru di Bali yang diciptakan oleh I Nyoman Cerita dalam ujian akhir kompetensi jurusan Tari di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar pada tahun 1989. Gerak-gerak yang digunakan dalam tarian ini adalah gerakan-gerakan tari Tradisi Bali yang dibalut dengan kreatifitas sehingga Nampak banyak gerakan-gerakan baru. Tarian ini juga menggunakan banyak permainan property dalam gerakan-gerakan tariannya, propertynya adalah kipas dan pajeng.
Kami mengamati tari Satyabrastha di Pura Batur pada tanggal 10 april 2012. Adapun faktor-faktor yang kami amati antara lain :
-          Faktor Penari
Dalam pementasan tari Satya Brasta yang kami amati, ditarikan oleh 6 penari pria yang semua penari tersebut adalah anak-anak sanggar Nitya Sidhi yang masih menduduki bangku sekolah kelas 2 dan 3 SMP. Secara umum yang kami amati dari faktor kepenarian adalah ditinjau dari postur penari, kualitas, dan kekompakan.
-          Faktor Pendukung
Dari segi factor pendukung yang kami amati antara lain :
1.      Kostum dan properti
2.      Tata lampu
3.      Saund sistem
4.      Dekorasi panggung


-          Musik iringan
Tari Satya Brastha yang kami amati menggunakan Gambelan gong kebyar, yang terdiri dari bagian struktur gending yaitu :
·         Pepeson : musik keras teratur.
·         Pengawak : musik sedang
·         Pesiat : musik keras.

-          Susunan Kepanitiaan :
dalam suatu pementasan tentunya terselenggara akibat adanya kerjasama antara bebrapa pihak. Dalam pementaan tari satyabrasta yang kami amati, yang dipentaskan pada saat piodalan di Pura Batur tentunya pihak-pihak selaku panitia penyelenggara adalah pengempon Pura Batur.Terselenggaranya pementasan diawali dengan pengajuan untuk mengisi acara ayah-ayahan dalam rangka piodalan di Pura Batur oleh pimpinan sanggar yaitu I Gusti Ngurah Jaya Suarya Ssn
-          Apresiasi Penonton
Penonton sangat antusias menyaksikan tarian-tarian yang disajikan khususnya Tari Satya Brastha, dibuktikan dengan antusias penonton yang menyaksikan pertunjukan sampai akhir pementasan. Akan tetapi penonton yang berasal dari luar daerah Batur satu-persatu mulai meninggalkan tempat tersebut. Menurut penuturan dari salah seorang penonton, yang meninggalkan tempat tersebut beralasan memiliki pekerjaan dipagi besok hari dan suhu udara yang sangat dingin.






Daftar Pustaka

Djayus Nyoman , Teori Tari Bali ,Surabaya,CV Sumber Mas Bali, 1979.

Wicaksana, I Dewa Ketut. “Menguak Nilai-Nilai Estetis Tari Baris.” Mudra, Jurnal Seni Budaya 13, No.3 (September 2003):98-107.

Indrawati, Antonia. “ Tari Hegong Di Maumere, Kabupaten Sikka, Flores.” Agem, Jurnal Seni Tari 6, No.1 (September 2007):25-32.

Ruastiti, Ni Made. “Seni Pertunjukan Pariwisata Dalam Perspektif Ekonomi Pembangunan.” Mudra, Jurnal Seni Budaya No.10 Th.IX (Januari 2001):98-109