BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seni
pertunjukan di Bali sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Daya tarik
Bali adalah eksistensi kebudayaanya yang unik dan merakyat. Kehidupan
kebudayaanya adalah menyatunya agama, kebudayaan, adat yang harmonis, cipta,
rasa, dan karsa sebagai unsure budhi daya manusia yang menonjol mengambil
bentuk keagamaan, estetika, etika. Hal tersebut tercermin lewat seni budaya,
solidaritas, gotong royong sebagai rasa kebersamaan (Wicaksana, 2003:98).
Salah
satu seni budaya yang paling eksis hingga saat ini di Bali adalah seni tari. Tari
sebagai salah satu wujud dari kesenian merupakan unsure budaya yang paling
menonjol. Hal ini dikarenakan kesenian itu sendiri sebagai salah satu bentuk
kreativitas dalam kehidupan masyarakat yang tidak pernah bisa berdiri sendiri
(Indrawati, 2007:25).
Dalam
karya tulis ini tari yang ingin dideskripsikan dan dianalisa adalah salah satu
tari kreasi baru dengan judul Tari Satyabrasta. Adapun Tari Satyabrasta yang
kami amati pada tanggal 10 april 2012 pada saat piodalan di Pura Batur. Selain
pementasan tari Satyabrasta juga terdapat pementasan tarian lainya. Tari-tarian
tersebut dipertunjukan oleh Sanggar Nitya Sidhi. Tentunya dalam suatu
pementasan terdapat beberapa proses menuju terbentuk dan terselenggaranya suatu
pementasan, oleh karena itu kami mengamati dan menganalisa apa saja
faktor-faktor yang menunjang terselenggaranya pementasan tersebut
B.
Rumusan
masalah
1. Faktor
apa saja yang mendukung terselanggaranya pementasan Tari Satya Brastha di Pura
Batur?
2. Bagaimana
pementasan Tari Satya Brastha berlangsung?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari laporan pengamatan ini antara lain :
1. Untuk
mengetahui faktor – faktor yang mendukung pementasan dari Tari Satya Brastha.
2. Untuk
mengetahui berlangsungnya pementasan Tari Satya Brastha.
D.
Manfaat
Adapun
manfaat dari laporan pengamatan ini antara lain :
1.
Dengan adanya laporan ini pembaca dapat
mengetahui dan memahami faktor- faktor pementasan Tari Satya Brastha di Pura
Batur.
2.
Untuk mengetahui jalannya pementasan
Tari Satya Brastha.
BAB II
ISI
A .Sejarah Tari Satya Brastha
Bali
terkenal dengan bentuk keseniaanya yang identik dengan seni tari, seni
tabuh,seni patung,seni ukir, dan seni kriya. Di dalam peper penelitian ini saya
akan memaparkan tentang tari Satya Brasta adapun sejarah dari munculnya tari
Satya Brasta. Tari Satya Brastha
merupakan salah satu tari kreasi baru. Sebagai bagian dari seni pertunjukan
Bali, tari Satya Brastha dapat berkembang dalam masyarakat karena komposisi
tarinya yang unik, dengan gerak tari yang mudah untuk dipelajari oleh
masyarakat.
Tari
Satya Brasta adalah taru kreasi yang dibawakan oleh sekelompok penari pria yang
menceritakan tentang kepahlawanan Gatotkaca
dengan peperangan antara Gatotkaca dengan Karna yang diakhiri dengan gugurnya Gatotkaca
oleh senjata Konta Wijayakusuma. Dengan pencipta I Nyoman Cerita, SST, MA pada tahun 1989
Tarian
lepas angkatan terbaru belakangan ini ikut juga unjuk kiprah bersama-sama
tari-tarian kreasi terdahulu yang kini sering mengisi kokosongan panggung
pertunjukan yang ditinggalkan oleh Drama Gong dan Arja yang dulu sempat menjadi
seni pertunjukan primadona masyarakat. Pementasan tarian lepas itu umumnya
bersifat ngayah dalam konteks upacara keagamaan seperti pada pementasan malam
itu adalah sajian balih-balihan dalam rangka suatu tonggak upacara agama
penting di pura banjar tersebut. Para penari dan grup penabuh, tampil secara
tulus tanpa menuntut imbalan apa pun. gampang untuk dimengerti
B.
Perkembangan Tari Satya Brasta
Salah
satu pekembangan tari Satya Brasta dapat dilihat dari sering munculnya atau
ditampilkan di dalam suatu pertujukan. Sehingga tari kreasi baru ini tidak
pernah luput dari perhatian masyarakat karena masyarakatlah yang menilai
baik-buruknya suatu pertunjukan tersebut dan dapat mempunyai asumsi bahwa
tarian ini harus dikembangkan lagi supaya dikenal oleh masyakat diluar bukan
hanya dari masyarakat di Bali saja. Pengetahuan itu harus ditanamkan kepada
generasi muda yang mendatang khusunya yang mempunyai bakat didalam seni tari.
Perkembangan
tari Satya Brasta dapat didukung oleh sektor pariwisata. Ni Made Ruastiti dalam
Mudra menyebutkan salah satu aspek
kebuayaan yang paling diminati di dunia pariwisata adalah seni
pertunjukan(2001:98). Itu yang member alas an kuat kenapa hingga saat ini keberadaan
tari Satya Brasta masih eksis di dunia seni tari Bali. Biasanya tarian
dipertunjukan di hotel atau restorant yang menyediakan fasilitas unutuk
kesenian.
C. Struktur Tari Satya Brasta
Struktur
tari Satya Brasta ini tersusun sebagai berikut :
Dari
Segi Gerak
Rangkaian
geraknya secara singkat yaitu :
Pertama-tama
keluar tiga orang penari dengan membawa tedung
(pajeng Bali), 3 orang penari keluar dengan langkah lebar-lebar dan
kompak menghadap ke pojok depan stage dengan tekanan dan tanjekan mereka
memulai gerakan angkat kaki kecil-kecil dengan bergiliran dan diselingi gerakan
atau langkah kaki silang seperti orang berjalan dengan gerakan cepat. Dengan
perpindahan komposisi lurus ke samping atau berjejer mereka melakukan gerkan memutar tedung
(pajeng Bali) tersebut, disana mereka menyembunyikan diri dibalik tedung
(pajeng Bali) dengan memainkan property yang berbentuk anak panah tetapi pendek
dengan menggambarkan naga yang biasanya disebut dengan konta. Disana yang
kelihatan hanyalah tangan yang memegang property tersebut, kemudian bangun
dengan gerakan kompak dan selanjutnya mengambil tedung dengan gerakan tangan
memutar tedung (pajeng Bali) dan disana datanglah 3 orang lagi membawa kipas.
Mereka yang membawa kipas melakukan gerakan malpal dengan langkah lebar dan
kompak. Yang membawa tedung (pajeng Bali)
sama namun mereka hanya beda membawakan dan memainkan propertinya dengan
variasi membuka kipas bagi yang membawa property kipas sedangkan yang membawa
tedung (pajeng Bali) merentangkannya ke depan dan memutarkannya kemudian
berjalan ke belakang dengan langkah penari untuk menaruh property tedung
(pajeng Bali) dan kipasnya dibuka di depan tedung (pajeng Bali). Kemudian
membuat komposisi satu orang memimpin di depan, dua orang di belakangnya, tiga
orang lagi paling belakang. Disini juga melakukan gerakan kompak seperti
gerakan duduk dengan satu kaki yaitu setengah jongkok, gerakan kompak seperti
kipekan dengan ekspresi dan mata menatap tajam (nelik), gerakan langkah kaki
mundur dengan kompak. Kemudian
dilanjutkan dengan adegan pembagian peran, dengan posisi 2 orang di depan
melakukan gerakan bercakap dalam tari seperti nuding dan 4 orang berjejer di
belakang duduk dengan gerakan kompak dan lambat seperti orang yang mendengarkan
percakapan 2 orang yang di depan. Kemudian membuat posisi kereta berkuda dengan
satu orang menjadi kuda, 2 orang memegang tedung (pajeng Bali) yaitu sebagai
roda, satu orang memegang kipas dan tedung (pajeng Bali), satu orang memegang 2
kipas yang dibuka sebagai pintu kereta, satu orang sebagai tokoh dalam tari.
Kemudian gerakan perang yang sudah tertata oleh pencipta tari. Dari synopsis
tarinya dengan ending salah satu penari berada di depan untuk mengambil
ancang-ancang dengan gerakan improvisasi dan melempar anak panah (konta) , dua
orang membawa tedung (pajeng Bali) dan menghadapkannya ke depan dan
memutarkannya. Satu orang membawa tedung (pajeng Bali) dengan posisi payung
ditutup , satu orang sebagai tumpuan, satu orang sebagai tokoh yang berada di
atas tumpuan yang akan kalah dalam cerita tari itu (dipanah).
- Dalam tarian ini banyak terdapat gerakan
kreasi baru yang kompak dan pengulangannya.
- Dalam
gerakan transisi, perpindahan posisi 1 ke posisi yang lain menggunakan gerakan
jalan dengan langkah lkebar dan gagah, dan gerakan nyrihsihg
- dalam
tari ini banyak menggunakan komposisi dan trik dari property
- dalam
tari ini ada gerakan improvisasi karena adanya penokohan dan perwatkana yang
berbeda yang sudah ditata oleh pencipta tari
- yang
menjadi cirri dari tari ini adalah adegan terakhir klahnya gatotokaca oleh
senajata Konta Wjayakusuma.
\-
Gerakan tarinya sangat gagah dan berwibawa
-
Gerak tarinya sangat energik dan kebanyakan
tempo cepat kecuali pada waktu pengadeng
D.
Faktor
Penari
dalam pementasan tari Satya
Brasta yang kami amati, ditarikan oleh 6 penari pria yang semua penari tersebut
adalah anak-anak sanggar Nitya Sidhi yang masih menduduki bangku sekolah kelas
2 dan 3 SMP. Secara umum yang kami amati dari faktor kepenarian adalah :
-
Ditinjau dari postur penari keenam penari
tersebut memiliki postur hampir sama akan tetapi 2 orang penari Satya Brasta
yang membawa tedung sedikit lebih tinggi dari pada penari yang lainnya.
-
Ditinjau dari kemampuan menari, tidaklah begitu
berbeda antara penari 1 dan penari lainnya hanya saja seorang penari Satya
Brasta yang membawa properti kipas sedikit terlihat kurang pada gerakan tarian
tersebut. menurut penuturan salah seorang penari Satya Brasta yakni I Gede
Hendra Swagata ( 3 SMP ), penari yang terlihat kurang tersebut tidak terlalu
lama dapat mempelajari tarian Satya Brasta ini.
-
Ditinjau dari kekompakan penari, tari Satya
Brasta yang kami amati terlihat kurang kompak mungkin yang menyebabkan adalah
kurangnya waktu dan kesempatan untuk berlatih secara serius.
E.
Faktor
Pendukung
·
Kostum tari Satya Brasta :
1. Celana
biru
2. Saput
pink
3. Lamak/kancut
depan dengan 3 warna yaitu kuning, pink dan biru
4. Sabuk
kain
5. Baju
variasi yang hanya menutup bagian dada, bahu, punggung.
6. Badong
7. Gelangkana
tangan dan gelangkana kaki
8. Udeng
Kain
9. Ampok-Ampok
10. Wig
(rambut palsu)
·
Properti :
a. Kipas
putih sedang
b. Tedung
(pajeng Bali) yang berwarna biru
c. Panah
kecil yang bergambarkan naga (dililit) yang disebut dengan konta
·
Lighting ( Tata Cahaya ) :
Pementasan
Tari Satya Brasta ini di pentaskan pada malam hari, yang tentunya sangat
pencahayaan. Adapun tata cahaya yang digunakan pada pementasan Tari Satya
Brasta yang kami amati adalah menggunakan Lampu Neon Slinder 70 Watt sejumlah 2 buah. Lampu Halogen 300 Watt 2 buah. Dalam pementasan Tari ini tidak begitu
menggunakan Tata Cahaya, khusus karena pementasan ini dilangsungkan di Pura.
·
Sound System :
Dalam
Pementasan Tari Satya Brasta yang kami amati di Pura Batur tersebut hanya
menggunakan 2 buah Speaker merk sony
berikut Subwofer.
Dan
menggunakan 1 buah corong.
·
Dekorasi Panggung :
Panggung
yang digunakan dalam pementasan tersebut adalah jenis panggung Arena. Yang bertempat di Jaba tengah
Pura Batur. Adapun dekorasi panggung tersebut sangatlah sederhana. Menggunakan
tirai ( Langse ) dengan Gapura yang
terbuat dari Triplek dan dihiasi oleh beberapa macam tanaman.
F.
Musik
Iringan :
Memakai Gambelan gong kebyar
Pepeson : musik keras
teratur.
Pengawak : musik sedang
Pesiat : musik keras.
G.
Susunan
Kepanitiaan :
dalam
suatu pementasan tentunya terselenggara akibat adanya kerjasama antara bebrapa
pihak. Dalam pementaan tari satyabrasta yang kami amati, yang dipentaskan pada
saat piodalan di Pura Batur tentunya pihak-pihak selaku panitia penyelenggara
adalah pengempon Pura Batur. Seperti yang tertera diatas Tari Satyabrasta ini
dipersembahkan oleh sanggar Nitya Sidhi yang berlokasi di Abian Base Gianyar.
Terselenggaranya pementasan tersebut diawali dengan pengajuan untuk mengisi
acara ayah-ayahan dalam rangka piodalan di Pura Batur oleh pimpinan sanggar
yaitu I Gusti Ngurah Jaya Suarya Ssn. Setelah pengajuan acara tersebut
disetujui oleh pihak panitia Pura Batur maka pihak kepanitian Pura Batur
memberikan jadwal pementasan tersebut.
H.
Apresiasi
Penonton
Tari
Satyabrasta yang kami amati dipentaskan pada pukul 20.00 wita. Penonton yang
menyaksikan pementaskan Tari Satyabrasta ini kebanyakan penduduk setempat yang
ngayah makemit atau melaksanakan persembahyangan. Selain itu penduduk daerah
luar Batur yang kebetulan pada saat itu melakukan persembahyangan juga ikut
menoton pementasan tersebut. Penonton sangat antusias menyaksikan tarian
tersebut, dibuktikan dengan antusias penonton yang menyaksikan pertunjukan sampai
akhir pementasan. Akan tetapi ketika waktu menunjukan pukul 22.00 wita penonton
yang berasal dari luar daerah Batur satu-persatu mulai meninggalkan tempat
tersebut. menurut penuturan dari salah seorang penonton, yang meninggalkan
tempat tersebut beralasan memili pekerjaan dipagi besok hari dan suhu udara
yang sangat dingin.
BAB IIII
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan
pengamatan tari satya brastha ini adalah:
Tari Satya brasta merupakan salah
satu tari kreasi baru di Bali yang diciptakan oleh I Nyoman Cerita dalam ujian
akhir kompetensi jurusan Tari di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar pada
tahun 1989. Gerak-gerak yang digunakan dalam tarian ini adalah gerakan-gerakan
tari Tradisi Bali yang dibalut dengan kreatifitas sehingga Nampak banyak
gerakan-gerakan baru. Tarian ini juga menggunakan banyak permainan property
dalam gerakan-gerakan tariannya, propertynya adalah kipas dan pajeng.
Kami
mengamati tari Satyabrastha di Pura Batur pada tanggal 10 april 2012. Adapun faktor-faktor
yang kami amati antara lain :
-
Faktor Penari
Dalam pementasan tari Satya
Brasta yang kami amati, ditarikan oleh 6 penari pria yang semua penari tersebut
adalah anak-anak sanggar Nitya Sidhi yang masih menduduki bangku sekolah kelas
2 dan 3 SMP. Secara umum yang kami amati dari faktor kepenarian adalah ditinjau
dari postur penari, kualitas, dan kekompakan.
-
Faktor Pendukung
Dari
segi factor pendukung yang kami amati antara lain :
1. Kostum
dan properti
2. Tata
lampu
3. Saund
sistem
4. Dekorasi
panggung
-
Musik iringan
Tari
Satya Brastha yang kami amati menggunakan Gambelan gong kebyar, yang terdiri
dari bagian struktur gending yaitu :
·
Pepeson : musik keras teratur.
·
Pengawak : musik sedang
·
Pesiat : musik keras.
-
Susunan Kepanitiaan :
dalam
suatu pementasan tentunya terselenggara akibat adanya kerjasama antara bebrapa
pihak. Dalam pementaan tari satyabrasta yang kami amati, yang dipentaskan pada
saat piodalan di Pura Batur tentunya pihak-pihak selaku panitia penyelenggara
adalah pengempon Pura Batur.Terselenggaranya pementasan diawali dengan
pengajuan untuk mengisi acara ayah-ayahan dalam rangka piodalan di Pura Batur
oleh pimpinan sanggar yaitu I Gusti Ngurah Jaya Suarya Ssn
-
Apresiasi Penonton
Penonton
sangat antusias menyaksikan tarian-tarian yang disajikan khususnya Tari Satya
Brastha, dibuktikan dengan antusias penonton yang menyaksikan pertunjukan
sampai akhir pementasan. Akan tetapi penonton yang berasal dari luar daerah
Batur satu-persatu mulai meninggalkan tempat tersebut. Menurut penuturan dari
salah seorang penonton, yang meninggalkan tempat tersebut beralasan memiliki
pekerjaan dipagi besok hari dan suhu udara yang sangat dingin.
Daftar
Pustaka
Djayus Nyoman , Teori Tari Bali ,Surabaya,CV Sumber Mas Bali, 1979.
Wicaksana,
I Dewa Ketut. “Menguak Nilai-Nilai Estetis Tari Baris.” Mudra, Jurnal Seni Budaya 13, No.3 (September 2003):98-107.
Indrawati,
Antonia. “ Tari Hegong Di Maumere, Kabupaten Sikka, Flores.” Agem, Jurnal Seni Tari 6, No.1
(September 2007):25-32.
Ruastiti,
Ni Made. “Seni Pertunjukan Pariwisata Dalam Perspektif Ekonomi Pembangunan.” Mudra, Jurnal Seni Budaya No.10 Th.IX
(Januari 2001):98-109